Donita XXX Scandal
.jpg)
Malam beranjak
semakin larut, membuai semua anak manusia untuk terus
hanyut terlelap dalam buaian mimpi-mimpi mereka. Begitu juga
yang
dialami oleh kedua insan yang baru saja melakukan aktivitas
pemuasan
nafsu yang sangat nikmat dan melelahkan. Tubuh yang sudah
luluh lantak
dan tidak bertenaga lagi, membuat keduanya tidur dengan
nyenyak tanpa
sehelai benangpun menutupi tubuh mereka. Setelah melakukan
aktivitas sex
yang sangat liar dan dahsyat, Donita serta pak Supri
tertidur pulas
diatas sofa panjang itu. Tubuh langsing Donita yang memiliki
berat tubuh
lumayan ringan, tidur berdekapan dengan nyamannya diatas
tubuh pak
Supri. Kemaluan mereka masih saling bertautan, walaupun
penis si supir
sudah memuntahkan seluruh isinya ke dalam liang vagina sang
nona
majikan, tapi benda kokoh yang satu itu masih saja tetap
dalam kondisi
yang cukup kuat, untuk terus terbenam di dalam lubang hangat
nan sempit
milik Donita. Cairan hasil persetubuhan yang masih merembes
keluar dari
kedua kelamin, tidak sedikit pun mengusik tidur mereka.
Apalagi hujan
mulai turun, membuat suasana semakin nyaman dan cocok untuk
membuat
semua orang terus tidur dengan lelapnya. Tanpa disadari oleh
mereka
berdua, ternyata ada seseorang yang sejak dari tadi melihat
semua
aktivitas yang dilakukan oleh Donita dan supirnya. Ya, cuma
ada satu
orang yang berada di rumah itu selain mereka berdua, yang
tak lain dan
tak bukan adalah Asmirandah. Sewaktu dia terbangun karena
kehausan, ia
mendengar ada suara erangan dan desahan di ruang depan. Saat
melihat apa
yang terjadi disitu, dia mendapati sahabat baiknya Donita,
sedang
bersetubuh dengan panasnya bersama pak supirnya sendiri.
Gadis manis itu
benar-benar tidak menyangka kalau Donita, sahabat yang sudah
sangat
dikenalnya selama ini, bisa berubah menjadi sebegitu liarnya
saat
berhubungan sex dengan pak Supri, layaknya pelacur yang
sedang melayani
pelanggannya saja. Selama ini ia berfikir bahwa wajar jika
artis-artis
wanita sepertinya bertingkah laku seperti wanita jalang di
depan om-om
produser atau para pejabat yang menyewa mereka untuk
‘dipakai’. Itu
dilakukan sebagai jalan pintas untuk mendapatkan pekerjaan
atau pun
untuk mendapatkan uang. Tetapi dengan melihat langsung apa
yang
dilakukan Donita, dia benar-benar tidak habis fikir,
bagaimana mungkin
sahabat baiknya itu bisa melakukan hal yang sedemikian rupa
bersama sang
supir yang jelas-jelas kelas sosialnya jauh berbeda dengan
dirinya.
Yah, setelah melihat langsung ukuran ‘senjata’ milik pak
Supri dan
bagaimana cara pak tua itu memuaskan gairah liar sahabatnya,
Asmirandah
tidak heran kalau Donita bisa berubah menjadi sedemikian
rupa. Walaupun
gadis itu tidak tahu kenyataan, bahwa sejak awal sahabatnya
telah
terlebih dahulu takluk karena menerima ancaman dari sang
supir, sehingga
Donita terpaksa memuaskan nafsu bejat pria tua itu.
Sebenarnya, sejak
melihat adegan panas yang disuguhkan langsung oleh Donita
dan pak Supri,
nafsu Asmirandah sudah naik dan ingin turut bergabung pula
dalam
percintaan panas sahabatnya. Tapi ternyata dia masih punya perasaan
segan dan malu terhadap mereka berdua. Masa’ ia menawarkan
tubuhnya
begitu saja kepada pak tua itu, kalau dia melakukan hal yang
demikian,
itu sama saja dengan mengatakan bahwa dia adalah perempuan
murahan yang
terlalu mudah untuk ‘dipakai’. Ia hanya melampiaskan
nafsunya dengan
menggosok-gosokan tangannya ke selangkangannya dari balik
hotpantsnya.
Asmirandah merasakan selangkangannya makin basah saja, maka
karena tidak
tahan melihat pemandangan panas di depannya lebih lama lagi,
akhirnya
ia memilih kembali ke kamar untuk melanjtkan tidur, dan
berharap gairah
yang sudah terlanjur naik dapat segera turun.Keesokan
paginya…
Donita terbangun dari tidurnya. Dengan kepala yang masih
sedikit pusing,
dia mencoba untuk bangkit dari sofa. Tapi ia masih belum
bisa
mengumpulkan tenaganya secara utuh, sehingga memilih untuk
duduk
sejenak. Ia heran melihat tubuhnya ditutupi selimut dan juga
tidak
mendapati pak Supri yang tidur bersamanya semalam. Terfikir
olehnya,
apakah sang supir yang bangun terlebih dahulu yang
menyelimuti tubuhnya.
Saat merasa tubuhnya sudah cukup kuat untuk bergerak, ia
beranjak
bangun untuk mencari pak Supri. Tiba-tiba dia teringat pada
Asmirandah
yang masih tertidur di kamarnya. Segera dia membatalkan niat
untuk
mencari si supir dan bergegas menuju kamar tidurnya. Saat
membuka pintu,
gadis itu melihat ternyata sahabatnya sudah tidak ada lagi
di dalam
kamar, berikut barang-barang bawaan berupa tas jinjing hitam
dan sebuah
hp black berry yang ia letakkan diatas meja kamarnya ketika
ia
membaringkan Asmirandah semalam. Donita menduga-duga, apakah
sahabatnya
pulang dengan melihat dirinya bersama pak Supri tidur
berbugil ria
diruang depan atau justru sahabatnya itulah yang menyelimuti
dirinya
ketika sedang terlelap. Tak mau ambil pusing dengan semua
itu, Donita
masuk ke kamar mandi untuk bersiap-siap, karena dirinya
memiliki jadwal
syuting sinetron hari ini. Setelah mandi dan mengenakan
pakaian yang
menurutnya menambah daya tarik dirinya, ia tidak lupa
menyapukan sedikit
make-up tipis ke wajah cantiknya dan bergegas turun ke
bawah.
“Paaaak! paaaak Supriii! paaaakkkk! dimana sey?”
Sungguh terlalu! hari masih pagi, tapi dara cantik ini sudah
berteriak-teriak layaknya pedagang saat menjajakan barang
dagangannya
saja. Pak Supri yang sudah dipanggil-panggil dengan keras
itupun, tidak
juga menjawab maupun menampakkan batang hidungnya. Kesal
karena tidak
ada jawaban dari supirnya, ia pun memilih pergi ke kamar
supirnya yang
terletak di bagian belakang rumah. Sesampainya di depan
pintu, Donita
sedikit ragu. Apakah tidak akan terjadi sesuatu yang buruk
dengan pergi
kekamar supirnya ini. Bisa-bisa pak Supri yang mesum itu
kalap dan
bangkit nafsunya saat melihat dirinya, dan berusaha
menyeretnya ke dalam
kamar lalu diperkosa habis-habisan. Tapi waktu tidak lagi
memberinya
kesempatan untuk memikirkan hal-hal seperti itu. Akhirnya
dia
memberanikan dirinya untuk mengetuk pintu kamar sang supir
meski
diliputi perasaan was-was dan takut. tok! tok! tok!
“Pak Supri! pak! anterin aku dong!” perlahan dia mengetuk
pintu dan memanggil orang tua itu.
“Iya….iya! sebentar non! lagi mandi nih!” terdengar suara
orang tua itu dari dalam.
Setelah menunggu sekitar 10 menit, akhirnya pintu dibuka dan
mucullah wajah supir memuakkan itu.
“Ade ape non? mau dientot lagi? hak hak hak!”
Benar-benar kurang ajar pak tua ini. Sebegitu mudahnya dia
mengeluarkan
kata-kata cabul seperti itu di hadapan seorang wanita,
apalagi yang ada
di hadapannya ini adalah majikannya sendiri. Tapi supir itu
bicara
layaknya kepada seorang pelacur saja. Kontan telinga Donita
panas
mendengar perkataan sang supir yang jelas-jelas sangat
merendahkan
dirinya.
“Heh pak! kalo ngomong yang sopan dikit ya! pernah makan
bangku
sekolahan ga? aku ni majikan bapak! Jadi tolong dijaga
mulutnya! Bapak
mau saya pecat hah?” bentaknya, kesal juga diperlakukan
seperti itu.
“ya, ya non! maap! kan cuman canda doang! galak amat sih?
jangan suka
marah-marah non, nanti cepet tua loh! oke manis? hak hak
hak” ujarnya
meminta maaf sambil tangannya menowel dagu gadis cantik itu.
“Udah tunggu apa lagi? cepetan ganti baju! gara-gara bapak
aku jadi telat tau!”Dengan terburu-buru Donita beranjak pergi menjauh dari
sarang sang iblis
tua, takut jika dia gelap mata dan menyeret dirinya ke dalam
kamarnya
untuk disetubuhi lagi. Setelah majikannya pergi, sang supir
membuka baju
yang ia kenakan. Sambil bersiul, pak tua itu mengambil
“seragam dinas
kesupiran-nya” dan memakainya secepat kilat. Setelah
selesai,
sempat-sempatnya dia menarik resleting celana dan
mengeluarkan “batang”
kebanggaannya. Dikocok dan dielus-elusnya secara perlahan
‘ular besar’
itu hingga berdiri tegak.
“ He he he…., sabar ya jon, sabar! nanti ente ane kasih lagi
deh memek
tuh cewek, oce? sabar ya! sekarang ente istirahat dulu,
tunggu tanggal
mainnya…. hak hak hak!” ujarnya sinting kepada penisnya,
seakan-akan
benda itu hidup dan mengerti perkataannya saja. Sesudah
mengunci pintu
kamar dan tentu saja mengamankan ‘senjata’ yang bisa membuat
para wanita
takluk pada dirinya, ia membuka pintu bagasi lalu mengeluarkan
mobil
mewah milik sang artis. Saat mencari-cari gadis itu,
ternyata Donita
sedang duduk menunggu di kursi teras rumah dan langsung naik
kedalam
mobil begitu mobil dikeluarkan. Donita duduk dikursi
belakang, tapi dia
merasa tidak nyaman dengan keberadaan sang supir yang acap
kali ketahuan
sedang melirik-lirik tubuhnya melalui kaca spion mobil
sepanjang
perjalanan. Tentu saja dia gelisah. Bagaimana mungkin gadis
itu bisa
tenang, jika mengingat peristiwa yang tadi malam dilakukan
oleh mereka
berdua. Terbayang dalam pikiran gadis itu, bisa saja pak
Supri ini
menculiknya atau membawanya ke tempat yang sepi, dan memaksa
dirinya
untuk kembali memuaskan nafsu birahi sang supir yang terus
membara
layaknya api yang tidak mau padam. Apalagi jika dirinya menolak,
yah
sudah pasti si supir akan kembali membuka jurus ampuhnya,
yang tak lain
dan tak bukan adalah ancaman akan menyebarkan video mesum
yang
dibintangi oleh sang artis. Membuat dirinya terangsang juga
memikirkan
hal yang demikian.
Pak Supri yang melihat sang nona majikan melalui kaca mobil,
bisa
melihat raut kegelisahan yang terpancar dari wajah cantik
sang artis.
Dia hanya bisa tertawa geli dalam hatinya, dan berusaha
mencari-cari
cara apa lagi yang seru dan asik untuk mengerjai dan
menikmati berjuta
kenikmatan yang ditawarkan oleh tubuh molek gadis itu.
Karena sedang
ayik-asyiknya terlarut dalam khayalan masing-masing, tidak
terasa mobil
telah sampai di lokasi dan langsung dibawa masuk ke dalam
pelataran
parkir tertutup sebuah gedung, yang merupakan tempat akan
dilakukannya
beberapa pengambilan scene sinetron yang dibintangi oleh
Donita. Setelah
mobil diparkir, gadis itu turun dan menghampiri pak Supri
yang masih
duduk dalam mobil.
“Pak, nanti jemput aku jangan kelamaan ya! nih uang untuk
rokok!”
pesannya pada supir itu seraya memberinya tiga lembar uang
lima puluh
ribu.
Dengan cepat pak Supri mengambil uang itu dan dengan cepat
pula, supir
itu menarik kerah kaus yang dikenakan Donita. Dibukanya
kancing-kancing
kaus itu dengan cekatan, dan disingkapnya bra coklat milik
gadis itu
keatas. Otomatis, kedua buah dada Donita yang montok dan
ranum terbuka
dan menggantung dengan bebasnya dihadapan wajah si tua
bangka itu.
Donita yang terkejut dengan perbuatan supirnya, berusaha
untuk
memberontak. Tapi dengan kuat, tangannya meremas pergelangan
tangan sang
artis, sehingga membuat gadis itu kesakitan dan berbisik
pelan.
“Non diem aja! saya mau nyusu bentar! kalo non ngelawan
gitu, nanti ada
orang yang bakalan datang dan ngeliat kita, non mau? jadi
tenang aja ya
manis!” bisiknya di dekat telinga gadis itu dengan raut
wajah jeleknya
yang sangat serius dan agak sedikit menyeramkan.
Kali ini perbuatan si supir benar-benar sudah melewati
batas, melakukan
hal cabul seperti itu ditempat terbuka begini. Donita
sebenarnya masih
ingin melawan, tetapi dia takut apabila ada orang yang
kebetulan lewat
lalu mendekat karena ada sedikit kegaduhan di tempat itu dan
memergoki
dirinya dalam kondisi sekarang, bisa celaka!. Dan juga
ancaman serta
kata-kata supirnya barusan, menandakan pria tua ini tidak
main-main.
Bisa saja dia ‘mendiamkan’ dirinya dengan caranya sendiri
yang mungkin
lebih berbahaya, sehingga membuatnya pasrah saja dengan
perlakuan
supirnya itu. Berdiri diluar mobil dengan kondisi tubuh
setengah terbuka
seperti sekarang, jelas membuat gadis cantik itu gemetar
ketakutan
setengah mati. Memang tempat parkiran itu tertutup dan
dipenuhi banyak
mobil, tapi bisa saja sewaktu-waktu ada orang yang kebetulan
lewat dan
melihat perbuatan yang sedang mereka lakukan. Selagi
berbagai macam hal
sedang berkecamuk dalam pikiran sang artis, dengan sangat
bernafsu supir
itu meremas-remas payudaranya. Donita bisa merasakan jari
jemari pak
Supri melingkari puting susunya dan menggoyang-goyang benda
bulat kenyal
itu, seperti mengocok obat sebelum diminum. Donita mulai
terengah-engah
akibat perbuatan si supir dan sedikit kesulitan mengatur
nafasnya.
Jantungnya berdetak dengan keras, rasa takut perbuatan mesum
sang supir
dilihat orang lain dibarengi dengan api nafsu yang berkobar.
Gadis itu
sudah tidak punya lagi keinginan untuk melawan, pasrah
menerima resiko
apaun yang akan terjadi.
Mulai merasa bosan hanya dengan meremas, bibir hitam tebal
milik sang
supir mendekat dan melumat tanpa ampun pentil susu yang
sudah sedari
tadi mengacung, menantangnya untuk dilahap. Tubuh gadis itu
sedikit
melonjak kaget ketika merasakan mulut serta lidah hangat
milik supirnya,
mengenyot dan menghisap puting payudaranya. Ditambah lagi
bibir pria
tua itu aktif mencium dan menjilat setiap jengkal wilayah
payudaranya.
Tanpa disadari Donita reflek memajukan tubuhnya, seolah-olah
memberikan
akses kepada supirnya agar lebih leluasa menikmati dan
melahap setiap
jengkal bagian tubuhnya yang indah itu. Merasa bahwa nona
majikannya
sudah takluk seutuhnya, pak Supri menambah hisapan dan
jilatannya dengan
menggigit-gigit pelan puting mungil kemerahan itu, membuat
sensasi
kenikmatan yang diterima Donita semakin menjadi-jadi,
menjalar dari dada
ke seluruh tubuhnya.
“oooooohhhhhhh!!! pakkkkkhhhh! jangan kenceng-kenceng
nyedotnyaaahh!!”
lenguhnya menahan nikmat, seraya mengingatkan supirnya agar
tidak
terlalu keras menghisap buah dadanya.
Sang supir tersenyum puas melihat reaksi dan ekspresi wajah
sang artis
yang merah padam menahan gelora birahi. Andai kata ada orang
yang
kebetulan melintasi tempat itu dan melihat mereka berdua,
dijamin dia
bakal langsung menubruk dan memerkosa sang artis saat itu
juga. Tapi
entah mengapa, sejak dari tadi tidak ada sedikit pun
tanda-tanda akan
adanya seseorang yang melintas ataupun menuju ke tempat
parkiran itu.
Entah karena semua orang sedang sibuk-sibuknya bekerja atau
memang
karena sang iblis, yang memberikan kesempatan emas kepada
pak Supri agar
bisa melakukan perbuatan mesumnya pada sang artis. Sedang
asyik-asyiknya mengunyah puting sang nona majikan, tiba-tiba
hand phone
milik pak tua itu berbunyi.
“Wong edaaan!!!! gak tau orang lagi enak apa! sontoloyo!!”
makinya kesal.
Bgaimana tidak kesal? sedang asyik menyusu,ada saja orang yang
mengganggu. Tapi setelah melihat layar hpnya, raut wajah
supir itu
berubah.
“Oalah cup! koe rupanya toh! ho’h, ho’h! gue langsung kesana
ya! iya
rebes, santai aja!” (hmmm.. patut dicurigai nih nada bicara
si supir)
Setelah memutus sambungan telepon, dimasukkannya hp itu ke
saku bajunya.
“Non, kita lanjutin dirumah lagi ya nanti, acara nyusunya!
bapak ada
kerjaan dulu nih! jemputnya jam berapa ntar?” tanyanya
enteng, tanpa
merasa bersalah sedikitpun.
“hhh… jam dua! jangan telat, ya pak!” jawab gadis itu dengan
nafas yang tersengal-sengal.
Tampaknya Donita sudah bisa menerima status tidak resminya
sebagai alat
pemuas syahwat pak Supri. Hal ini bisa dilihat dari sikapnya
yang tidak
memarahi sang supir, yang sudah melakukan perbuatan cabul
seperti itu di
tempat umum. Setelah bisa mengontrol dirinya, Donita
membetulkan
kembali pakaiannya yang sudah acak-acakan dan agak sedikit
kusut.
“ Ya udah non, bapak pergi dulu! dadah!” pamitnya seraya
mengemudikan mobil meninggalkan tempat itu.
Donita cuma bisa memendam kekesalan dalam hati, walau agak
kecewa dengan
pekerjaan ‘tanggung’ supirnya. Sadar bahwa sudah ditunggu
sedari tadi,
dia pun meninggalkan lapangan parkir itu dengan
terburu-buru.
“Yaahhh…. dimarahin lagi deh sama si bos!” batinnya dalam hati
sambil melangkah cepat.
******************************
Tidak terasa waktu berjalan dengan cepat, membuat sang
mentari kini
berada tepat ditengah-tengah langit sembari memancarkan
sinarnya yang
terik dan menyengat. Jarum jam menunjukkan angka dua kurang
sepuluh
menit. Tampak Donita sedang duduk kelelahan di atas sebuah
kursi plastik
sambil mengipas-ngipas tubuhnya. Pengambilan adegan sinetron
kejar
tayang yang dilakoninya kini sudah selesai. Saat sedang
istirahat dengan
santainya, tiba-tiba lawan mainnya yang seorang artis cowok
ganteng
sekaligus penyanyi dan saat ini sering diburu oleh
nyamuk-nyamuk
infotaintment karena baru saja memutuskan kekasihnya yang
sudah sangat
lama dipacari (bagi yang sering nonton sinetron sc**, pasti
tau deh
siapa tuh cowok), muncul dengan membawa sepiring nasi
goreng.
“Hay cantik! sendirian aja ni! o ya neh tadi pak sutradara
nitipin nasi goreng buat elo. Dimakan ya.” ujarnya dengan senyuman.
“Ow, thanks! maaf kalo ngerepotin. Pas banget, gue lagi
laper berat ne!”
jawabnya disertai senyuman yang tak kalah manis, membuat
pemuda itu
agak salah tingkah.
“Ok, sama-sama. Kalo gitu gue pulang dulu ya, dah!”
“Daahhh!”
Sepeninggal pemuda itu, Donita langsung melahap nasi goreng
itu. Memang
sedari tadi dia sudah kelaparan, rencananya ia ingin maklan
di rumah
saja. Yah tapi sayangkan kalau makanan itu ditolak?. Setelah
menghabiskan makanannya, gadis itu menelepon pak Supri untuk
menjemputnya. Sebelum sempat memencet nomor sang supir,
rupanya pak tua
itu sudah lebih dulu meneleponnya.
“Halo pak! lagi dimana? aku dah selesai neh!”
“Saya dah di depan non!” jawabnya di seberang telepon.
“Oh ya udah! aku kesana ya!”
Setelah membereskan barang-barang bawaannya dan berpamitan
kepada semua
kru, ia berjalan keluar dari gedung menuju tempat si supir
menunggu.
Terlintas dalam benaknya bila sudah sampai dirumah nanti
apakah pak
Supri akan ‘menggarapnya’ lagi?, jawabannya sudah tentu
pasti. Tidak
mungkin pak tua itu akan melepaskan kesempatan emas begitu
saja, apalagi
dirumah sedang tidak ada orang. Pak Supri dapat dengan
leluasa
menyetubuhinya dimana pun dan kapan pun dia mau. Lelah
membayangkan
semua itu, ia memilih pasrah saja. Membiarkan semuanya
terjadi layaknya
air yang mengalir. Cuma satu hal saat ini yang ingin ia
lakukan,
memanfaatkan waktu senggang yang dimiliki untuk istirahat
sepuasnya.
Begitu sampai di tempat supirnya menunggu, dia langsung
masuk ke dalam
mobil. Namun, saat baru akan membuka pintu belakang
mobilnya, terdengar
suara sang supir yang berkata,
“Non, jangan duduk dibelakang dong! didepan atuh, temanin
bapak nyetir!”
“Males ah! aku mau nyantai dibelakang. Lagian untuk apa
seh?”
“Hmmm? jadi nolak neh ceritanya? non mau jadi bintang porno
lokal? okeh,
tinggal bapak upload nih videonya ke internet” (waow,
benar-benar pakar
iptek ne tua bangke, pake kata-kata upload segala cin!)“Eh..eh
jangan pak, jangan! masa gara-gara itu aja bapak marah? aku
capek pak, pengen istirahat di belakang bentar. Boleh ya?
pleaseeee!”
pintanya dengan wajah memelas.
“Nggak! sekali di depan tetep didepan! cepetan naek!”
perintah si supir galak.
Tidak ingin memperpanjang urusan dan juga khawatir mendengar
ancaman
supirnya, Donita pun mengalah untuk duduk di kursi depan
bersama
supirnya. Memang itulah yang ingin sekali dihindari gadis
itu. Alasan
‘capek’ dan ‘pengen istirahat’ itu hanyalah trik untuk
mengelabui
supirnya. Sejak awal dia memang ingin menghindari semua
kemungkinan yang
bisa berujung persetubuhan dengan tua bangka itu. Akhirnya
dengan
perasaan sangat terpaksa, gadis manis itu akhirnya membuka
pintu depan,
lalu duduk bersebelahan dengan supirnya yang menyeringai dan
menatap
dirinya dengan pandangan aneh. Donita menebak-nebak apa
maksud dari
ekspresi wajah pak Supri. Apakah itu pertanda senang bagi sang
supir
karena telah berhasil menaklukkan dan menguasai dirinya atau
ada hal
lain yang disembunyikan. Entahlah, yang jelas dia sudah
sangat lelah.
Lelah karena dihujani aktivitas syuting yang menguras
tenaganya dan juga
lelah karena mendapat persoalan baru dengan supirnya ini.
Ditengah
berbagai macam hal yang berputar-putar dalam pikirannya,
gadis itu
merasakan belaian halus di kepalanya.
“Non capek ya? kasian! emang ngapain aja seh seharian?”
tanyanya sok perhatian dan pura-pura tak tahu kegiatan majikannya.
“Ya iyalah pak! kan abis kerja seharian! emang ada apa seh
nanya-nanya?
tumben bapak perhatian!” jawabnya yang curiga dengan sikap
baik orang
tua itu.
“Enggak juga kok. Kan udah kewajiban saya untuk nyenengin
dan melayani
majikan. Apalagi untuk urusan ngentot! betul gak non? hua ha
ha ha!”
Ingin rasanya dia menonjok wajah jelek pria buruk rupa itu,
tapi dia
masih bisa menahan diri dan memilih diam saja. Merasa
kata-katanya tidak
direspon, sang supir tidak menunda-nunda lagi aksinya.
Tangan kiri yang
digunakan untuk menggerakkan persneling gigi mobil, meluncur
cepat
menuju ke depan kancing celana jeans yang dipakai Donita dan
membukanya.
Donita yang tidak siap dengan serangan itu, tidak sempat
bereaksi
sehingga sang supir berhasil membuka kancing celananya.
“Pak, stop! apa-apaan ih? udah gila ya!” Donita membentak
sang supir dan
berusaha menahan tangan yang ingin menyentuh alat vitalnya.
Melihat pelawanan majikannya, supir itu menjambak rambut
panjang gadis
itu dan menarik kepalanya ke arah wajahnya sendiri. Tak lupa
laju mobil
diperlambat dan dibawa agak ke tepi jalan.
“ Heh non, bapak bilang sama non ya! bapak udah capek kalo
tiap kali mau
entotin non harus ngancem non berkali-kali. Jadi gini aja,
kalo non
sekali lagi melawan, bapak gak bakalan ngancem lagi. Bakal
langsung tak
sebarin tu video. mau hah? kita liyat aja pa kata
orang-orang kalo video
non beredar! biar non sekeluarga malu seumur hidup!!
gimana?” ucapnya
dengan suara bergetar yang penuh kemarahan tepat di hadapan
wajah gadis
itu.
Donita cuma bisa mengangguk. Mata indahnya mulai
berkaca-kaca,
perlahan-lahan air mata tumpah mengalir membasahi pipinya.
Dengan kasar
supir itu melempar kembali tubuh majikannya ke kursi
sampingnya. Donita
sudah tidak bisa menahan lagi isak tangisnya, ia menumpahkan
segala
kekesalan dan rasa tidak berdayanya melalui tangisannya.
(wah, nangisnya
acting ato beneran nih? secara artis gitu loh!)
“Oalah! kok pake acara nangis segala sih? kan nanti mau
dikasih kontol!
jangan nangis lagi ya manis! cup cup cup, diem anak cantik!”Entah
setan macam apa yang ada di dalam diri pria tua ini, sehingga bisa
membuatnya bertingkah seperti itu. Tangannya kini mencoba
lagi
beroperasi di sekitaran daerah vagina Donita yang masih
tertutup celana.
Gadis itu kini hanya diam saja, membiarkan tangan supirnya
menyusup
masuk kedalam celananya. Begitu masuk, tangan itu merayap
seperti ular,
melewati pinggiran celana dalam dan akhirnya menemukan apa
yang
dicarinya. Digosoknya naik turun kedua pasang bibir memek
Donita,
membuat tubuh gadis itu menggeliat keenakan. Elusan halus
nan pelan pada
bibir memeknya, jelas membuat nafsunya merambat naik.
Dirinya yang tadi
terisak-isak, kini mulai sedikit melenguh dan mendesah
pelan. Pak Supri
melihat perubahan pada majikannya, lalu semakin menambah
gencar
serangannya. Dua jari yang digunakan untuk mengelus,
dimasukkannya ke
dalam lubang vagina itu perlahan dan didiamkan sejenak.
Donita
mengekspresikan rasa nikmat yang diberikan jari supirnya,
dengan cara
meremas keras pegangan tangan dipintu mobil seraya menggigit
bibirnya.
Sayang, kaca mobil itu terlalu gelap jika dilihat dari luar,
kalau tidak
sudah pasti pengemudi yang datang dari arah berlawanan dapat
melihat
aktivitas kedua insan yang kepalanya sudah penuh diisi dengan
nafsu
birahi. Pak Supri bisa merasakan jarinya kini sudah sangat
basah oleh
lendir yang keluar dari memek nona majikannya, menandakan
gadis itu
sudah sangat siap untuk disetubuhi. Mula-mula dikeluar
masukkan jarinya
secara perlahan. Seiring dengan makin banyaknya lendir
vagina yang
keluar, sang supir semakin meningkatkan kecepatan kocokan
jarinya.
“nnnnggghhh……!!! nnnggghh…ouuuuhhh….!!!!” tak tahan juga dia
untuk tidak melenguh.
Pak supir itu juga tak mampu lagi menahan nafsunya lebih
lama. Tapi
karena sedang mengemudi, terpaksa dia membagi konsentrasinya
antara
menyetir dengan aktivitas mengubel-ubel vagina majikannya.
Bahkan
jarinya harus sering keluar dari vagina, untuk menggerak dan
mengganti
persneling gigi. Akhirnya Donita memasukkan sendiri jari
tangannya ke
dalam vaginanya. Dikorek-korek vaginanya sendiri seakan-akan
ada barang
yang tertinggal di dalamnya. Pak Supri menambah kecepatan,
tak sanggup
melihat adegan masturbasi itu lebih lama. Begitu mobil
memasuki pintu
gerbang, langsung diparkirkan di halaman depan. Pak Supri
buru-buru
turun menutup pintu gerbang dan membuka pintu depan mobil.
Digendongnya
yang terduduk lemas, sepetonya gadis itu sudah mencapai
orgasmenya
dengan bermasturbasi tadi. Dibawanya tubuh lunglai Donita
kekolam renang
di samping rumah. Begitu sampai pinggiran, ia membuka
seluruh pakaian
gadis dan mencampakkannya kesembarang tempat. Setelah sang
nona majikan
telanjang bulat, buru-buru ia juga menelanjangi diri sendiri
dan
menceburkan tubuh mereka ke kolam. Kedua tangannya yang
sudah keriput
termakan usia tapi masih bertenaga mendekap erat tubuh sang
artis.
“Ooouuufffpppph, pak! pelan-pelan dong!” protes Donita,
karena tiba-tiba ceburkan paksa.
“Ehehehe…! maap non. Soalnya baru kali ni bapak berenang
sambil bugil,
dengan cewek cakep lagi. Gimana? asikkan? hua hak hak!”
ujarnya sambil
memeluk erat Donita.
Tak ayal lagi, payudara montok dan kenyal milik sang artis
berdesakan
kuat dengan dada kerempeng miliknya. Sehingga kedua insan
berbeda jenis
kelamin itu dapat mendengar detak jantung pasangannya
masing-masing.
Akhirnya mimpi lama sang supir hampir terwujud. Dulu sewaktu
masih muda,
pak Supri punya sebuah impian. Jika sudah menjadi orang kaya
dan
menikah dengan seorang wanita cantik nanti, ia akan membuat
sebuah rumah
mewah dilengkapi sebuah kolam renang yang besar, sehingga
setiap hari
ia dan istrinya bisa bercinta sepuasnya di kolam itu
seharian. Walaupun
impian menjadi kaya dan menikah itu sampai sekarang tidah
pernah
terkabulkan, tapi impian bercinta dengan seorang gadis
cantik jelas
sudah hampir terealisasi sekarang. Tinggal memasukkan
penisnya ke dalam
liang vagina si cantik Donita, maka impian itu benar-benar
akan resmi
menjadi kenyataaan. Bercinta di dalam kolam renang pun
menjadi sensasi
baru bagi Donita. Selama menjalani kehidupan seksnya, ia tak
pernah
membayangkan sedikit pun untuk melakukan aktivitas sex di
dalam air. Hal
ini benar-benar menjadi pengalaman baru bagi mereka
berdua.Tangan kasar
pak Supri mulai menggerayangi tubuh gadis itu. Sang supir
meremas
payudara Donita dan memainkan putingnya. Suara desahan pelan
keluar dari
bibir seksinya.
Gadis itu melingkarkan tangannya ke leher supirnya dan
mencium bibir
hitam nan tebal milik sang supir dengan agresif. Tanpa ragu
dan jijik ia
bermain lidah dengan pria yang mungkin seusia dengan
kakeknya. Keduanya
terlibat percumbuan liar di tepian air kolam yang merendam
mereka
sebatas dada. Pak Supri meremas pantat berisi Donita dengan
gerakan
sedikit mengangkat, lalu menyenderkan punggung gadis itu ke
bibir kolam
sehingga tubuh Donita sedikit terangkat, memudahkannya untuk
melumat
dengan ganas payudara basah sang artis. Bibir tebal supir
itu mencium
dan menyedot kulit payudara serta putingnya sehingga
menimbulkan rasa
geli dan nikmat. Tak bosan-bosannya ia menikmati benda yang
satu itu,
dijilat, dihisap, digigit, dan ditariknya dengan gemas
puting mungil
Donita, membuat tubuh gadis itu bergelinjangan menahan rasa
nikmat,
otomatis air kolam pun turut bergoyang-goyang karena
aktivitas mereka.
Puas mengerjai buah dada majikannya, pak Supri mengangkat
tubuh Donita
dan mendudukkannya di tepi kolam. Tubuh pak tua itu sediri
masih berada
dalam air. Sekarang, vagina Donita tepat berhadapan dengan
wajah sang
supir. Mulut pak Supri perlahan maju menuju vagina Donita
dan
dimainkannya ‘daging’ lezat milik nona majikannya.
“Mmmhh…. paakkkhhhhh!!! gelihh…. auukkhhh!” erangnya saat
lidah hangat
pak Supri menjilati belahan vaginanya dan menyeruak masuk ke
dalam liang
sempit milknya.
Permainan lidah sang supir mengakibatkan nafu birahi sang
artis kini
sudah sangat memuncak. Ingin dia meminta pada pak Supri agar
jangan
mempermainkannya lagi dan memohon agar pak tua itu segera
menjebloskan
kontol besar memeknya. Tapi, ia sudah tidak mau merendahkan
dirinya
lebih jauh lagi di hadapan sang supir. Seluruh kenikmatan
yang diterima,
ditumpahkan dengan desahan dan jambakan dalam desahan dan
jambakan pada
rambut putih beruban pak Supri.
“Iiiiyyyyaaaaahhhh! paakkkkhhh!!! jilaaattthh, akhhh!!!!
terussshhh!!!”
Lidah pak Supri bergerak-gerak liar menjilati bagian dalam
liang rahim
nona majikannya, tak lupa juga dia menjilat klitoris sang
artis yang
sangat sensitif. Ditambah dengan remasan yang dilakukan
kedua tangan pak
Supri, satu di pantat dan satu lagi di sebelah payudaranya
membuat
Donita merasakan semua aliran rangsangan kenikmatan itu
mengalir ke
seluruh urat syarafnya. Setelah merasa cukup untuk sesi
pemanasan, ia
menarik kembali tubuh Donita ke dalam air. Pak Supri menatap
lembut
wajah nona majikannya yang cantik jelita. Rambut hitam
panjangnya basah
terurai, belum lagi bibir merah dan indah Donita yang
sedikit merekah,
membuat sang supir tidah tahan untuk tidak melumatnya
kembali. Mereka
pun berciuman sambil berpelukan erat. Penis pak Supri
diremas dengan
kuat oleh tangan halus Donita.
“Masukin pak! please masukin kontol bapak ke memek aku!
ayoooohh!!”
mohonnya pada sang supir sambil tangannya mengocok pelan
penisnya.
Mendengar permintaan gadis itu, si supir segera mengambil
alih aroma
besarnya dari tangan Donita dan menekannya ke bibir vagina
nona
majikannya.
“oookkkkhhh…. besarkkhh!! pelaaan pakkhhh! kontol lu besar
tauuukkhh!
jangan dipaksaain, bisa robek memek gueh!” mulai lagi keluar
kebiasaan
buruk sang artis saat bersetubuh.Tubuh Donita mengejang
seperti orang yang menahan sakit, ketika pak
Supri melesakkan si penis dengan kuat kedalam liang memeknya
yang kecil.
Begitu sudah masuk semuanya, ia langsung menyodok kencang.
Supir tua
itu menggenjot sambil tangannya memegang paha Donita dan
meletakkan kaki
jenjang sang artis di kedua tangannya, jadilah gadis itu
melayang dalam
air dengan kedua kaki yang ditopang oleh lengan supirnya.
Punggungnya
disandarkan di dinding kolam, serta kedua tangan memeluk
erat leher si
supir. Erangan nikmatnya sesekali terhambat ketika mulut
mereka saling
berpagutan. Pak Supri melepaskan pegangannya pada kaki kiri
Donita,
tangannya yang kasar merayap membelai pipi mulus si artis.
Membelai
lembut bibir ranumnya, dan semakin turun untuk meremas payudaranya.
Diremasnya payudara gadis itu dengan gemas dan kuat,
jari-jarinya dengan
nakal mecubit-cubit daerah aorela dan memainkan puting yang
sudah keras
sehingga makin mengeras. Sementara bibir tebal si tua bangka
menyusur
bergerak menjelajah bagian telinga. Dijilatnya cuping
telinga sang
artis, membuat gadis itu semakin terengah-engah dan
menggelinjang tak
karuan. Jilatan didaerah telinga terus berlanjut turun
menuju buah dada
yang masih menganggur. Dihisap dan dikenyot kuat buah melon
itu, membuat
bekas cupangan kemerahan diseluruh permukaan kulit lembut
payudara
gadis itu. Merasa kurang leluasa dengan posisi itu,
dibaliknya tubuh
majikannya sehingga kini tubuh sang artis menghadap ke
tepian kolam dan
membelakangi supirnya. Kaki kiri Donita diangkat dan kembali
ia
melesakkan kontol memasuki liang nikmat sang artis. Tak lupa
tangannya
yang sebelah lagi mencengkram buntalan susu gadis itu. Pak
Supri menarik
keluar kontolnya sebagian, lalu kembali menghujamkan benda
itu kedalam
liang memek Donita sedalam mungkin, begitu dilakukan
berulang kali. Air
kolam beriak dengan keras akibat sodokan-sodokan brutal pak
Supri. Tubuh
Donita terlonjak-lonjak, pantatnya bertumbukan keras dengan
tulang
kelamin supirnya, walaupun tenaga sodokan sang supir sedikit
diredam
oleh air. Gadis itu merasakan sedikit rasa perih disekitar
dinding
memek, karena bergesekan kuat dengan batang besar berurat
supirnya. Tapi
segera rasa sakit itu itu sirna digantikan rasa nikmat tiada
tara.
Seluruh syaraf disekitar kelaminnya mengirim semua
kenikmatan yang
diterima ke seluruh penjuru tubuh membuat gadis itu
kehilangan kontrol
atas tubuhnya sendiri. Pinggulnya secara reflek menjemput
tumbukan sang
supir, berusaha menggali semua kenikmatan yang ada. Dinding
vagina
Donita terus meremas dan mencengkram penis pak Supri,
membuat dia
semakin menggasak vagina itu dengan seluruh tenaganya.
“Emmmffffhhhh!!!! nnnggghhh….!! aaaakkkhhh!!!” sebuah
ekspresi kenikmatan yang hebat keluar dari mulut sang artis.
Benar-benar edan pak supir ini. Walaupun kondisi fisiknya
sudah tua
renta, tetapi masih memiliki stamina layaknya anak muda.
Mungkin benar
kata orang, usia boleh tua, tapi semangat harus tetap muda.
Kembali ke
kolam, Donita kini sudah hamper berada diambang batas
kekuatannya. Ia
sudah tidak bisa menahan kenikmatan ini lebih lama lagi.
Kontol sang
supir yng mengaduk-aduk liang rahimnya sungguh membuatnya
gila.
Tangannya mencengkram kuat ubin pinggiran kolam, tubuhnya
meronta-ronta
sangking nikmatnya. Payudara yang menggantung bebas,
terpental kesana
kemari akibat tumbukan brutal pinggul sang supir.
Benar-benar suatu
kenikmatan dahsyat yang diberikan oleh pak Supri. Sang supir
yang sudah
diambang batas itu pun benar-benar merasakan nikmatnya hidup
saat liang
vagina legit majikannya, meremas dan berusaha meremukkan
batangan
kontolnya didalam sana. Nafasnya terasa sesak, seiring
semakin kencang
penisnya diremas. Pak tua itu tahu bahwa majikannysa akan
sampai
dipuncak kenikmatannya sebentar lagi. Tak ingin kalah, pak
Supri meremas
kuat pantat Donita dan menggoyang serta menyodok secepat
yang ia bisa.
“ooouuugggghhhh…. iyyyahhh!!! enaaaakkk…. lebbbih keraaasss…
paakkhhh!!
yanggghh… eeghhfff…. kenceennggg!! AAAhhhgggHHH!!” Donita
mengerang kuat
dengan badan melengkung ke belakang, meresapi kenikmatan
orgasme yang
dirasakannya.
Melihat nona majikannya sudah keluar duluan, Sang supir pun
semakin
menambah kecepatannya. Sambil menggenjot, pak Supri bisa
merasakan
otot-otot memek Donita masih berkontraksi selepas orgasme,
berusaha
meremas penisnya agar menumpahkan muatannya secepat mungkin.
Ia pun
semakin brutal menyentakkan penisnya. Setelah beberapa
sodokan kuat, ia
tidak tahan lagi. Dengan tubuh bergetar ia memeluk Donita
dan memompakan
semua benihnya dalam tubuh gadis itu.
“Nnnnnhgggggghhhh!!! Makanhh…. niiiikhhh peejjuuukkhhh
guueeekkkhhhh…!! Huuurrrgghh!!!”
Lenguhan panjang keluar dari mulut sang supir. Ditekannya
sedalam
mungkin penisnya sampai mentok, batangan super itu pun
menyemburkan
semua isinya, memenuhi rongga kewanitaan sang artis. Bahkan
ada sebagian
yang keluar dari vagina, karena sangking banyaknya sperma
yang
dikeluarkan sehingga nampak sedikit gumpalan air mani kental
pak Supri
dipermukaan air kolam. Nafas keduanya memburu tidak
beraturan. Tubuh
Donita yang sedari tadi siang kelelahan karena aktivitas di
lokasi
syuting kini bertambah lunglai akibat persetubuhan dengan
supirnya.
Sadar akan kondisi nona majikannya yang sudah sangat
kecapaian, pak tua
itu segera menarik keluar kontolnya dari vagina Donita. Begitu
terlepas,
pak Supri bergegas mengangkat Donita keluar dari kolam.
Dengan tetap
bertelanjang ria, sang supir menggendong tubuh majikannya
yang
sepertinya sudah agak kehilangan kesadaran untuk dibawa
masuk ke kamar
melalui pintu samping. Tanpa disadari oleh keduanya, ada
sesosok
bayangan orang yang berdiri di samping tembok depan rumah
mengintip
mereka. Sepetinya orang itu sudah sedari tadi berada disana.
Sosok
misterius itu menyeringai sambil melihat hasil rekaman
adegan
persetubuhan Donita dan sang supir, yang direkam melalui
handycam
miliknya. Siapakah sebenarnya orang itu dan apa sebenarnya
tujuannya
merekam adegan panas Donita?? Semuanya masih menjadi
teka-teki yang
belum dapat terjawab.
Donita XXX Scandal
Malam beranjak
semakin larut, membuai semua anak manusia untuk terus
hanyut terlelap dalam buaian mimpi-mimpi mereka. Begitu juga
yang
dialami oleh kedua insan yang baru saja melakukan aktivitas
pemuasan
nafsu yang sangat nikmat dan melelahkan. Tubuh yang sudah
luluh lantak
dan tidak bertenaga lagi, membuat keduanya tidur dengan
nyenyak tanpa
sehelai benangpun menutupi tubuh mereka. Setelah melakukan
aktivitas sex
yang sangat liar dan dahsyat, Donita serta pak Supri
tertidur pulas
diatas sofa panjang itu. Tubuh langsing Donita yang memiliki
berat tubuh
lumayan ringan, tidur berdekapan dengan nyamannya diatas
tubuh pak
Supri. Kemaluan mereka masih saling bertautan, walaupun
penis si supir
sudah memuntahkan seluruh isinya ke dalam liang vagina sang
nona
majikan, tapi benda kokoh yang satu itu masih saja tetap
dalam kondisi
yang cukup kuat, untuk terus terbenam di dalam lubang hangat
nan sempit
milik Donita. Cairan hasil persetubuhan yang masih merembes
keluar dari
kedua kelamin, tidak sedikit pun mengusik tidur mereka.
Apalagi hujan
mulai turun, membuat suasana semakin nyaman dan cocok untuk
membuat
semua orang terus tidur dengan lelapnya. Tanpa disadari oleh
mereka
berdua, ternyata ada seseorang yang sejak dari tadi melihat
semua
aktivitas yang dilakukan oleh Donita dan supirnya. Ya, cuma
ada satu
orang yang berada di rumah itu selain mereka berdua, yang
tak lain dan
tak bukan adalah Asmirandah. Sewaktu dia terbangun karena
kehausan, ia
mendengar ada suara erangan dan desahan di ruang depan. Saat
melihat apa
yang terjadi disitu, dia mendapati sahabat baiknya Donita,
sedang
bersetubuh dengan panasnya bersama pak supirnya sendiri.
Gadis manis itu
benar-benar tidak menyangka kalau Donita, sahabat yang sudah
sangat
dikenalnya selama ini, bisa berubah menjadi sebegitu liarnya
saat
berhubungan sex dengan pak Supri, layaknya pelacur yang
sedang melayani
pelanggannya saja. Selama ini ia berfikir bahwa wajar jika
artis-artis
wanita sepertinya bertingkah laku seperti wanita jalang di
depan om-om
produser atau para pejabat yang menyewa mereka untuk
‘dipakai’. Itu
dilakukan sebagai jalan pintas untuk mendapatkan pekerjaan
atau pun
untuk mendapatkan uang. Tetapi dengan melihat langsung apa
yang
dilakukan Donita, dia benar-benar tidak habis fikir,
bagaimana mungkin
sahabat baiknya itu bisa melakukan hal yang sedemikian rupa
bersama sang
supir yang jelas-jelas kelas sosialnya jauh berbeda dengan
dirinya.
Yah, setelah melihat langsung ukuran ‘senjata’ milik pak
Supri dan
bagaimana cara pak tua itu memuaskan gairah liar sahabatnya,
Asmirandah
tidak heran kalau Donita bisa berubah menjadi sedemikian
rupa. Walaupun
gadis itu tidak tahu kenyataan, bahwa sejak awal sahabatnya
telah
terlebih dahulu takluk karena menerima ancaman dari sang
supir, sehingga
Donita terpaksa memuaskan nafsu bejat pria tua itu.
Sebenarnya, sejak
melihat adegan panas yang disuguhkan langsung oleh Donita
dan pak Supri,
nafsu Asmirandah sudah naik dan ingin turut bergabung pula
dalam
percintaan panas sahabatnya. Tapi ternyata dia masih punya perasaan
segan dan malu terhadap mereka berdua. Masa’ ia menawarkan
tubuhnya
begitu saja kepada pak tua itu, kalau dia melakukan hal yang
demikian,
itu sama saja dengan mengatakan bahwa dia adalah perempuan
murahan yang
terlalu mudah untuk ‘dipakai’. Ia hanya melampiaskan
nafsunya dengan
menggosok-gosokan tangannya ke selangkangannya dari balik
hotpantsnya.
Asmirandah merasakan selangkangannya makin basah saja, maka
karena tidak
tahan melihat pemandangan panas di depannya lebih lama lagi,
akhirnya
ia memilih kembali ke kamar untuk melanjtkan tidur, dan
berharap gairah
yang sudah terlanjur naik dapat segera turun.Keesokan
paginya…
Donita terbangun dari tidurnya. Dengan kepala yang masih
sedikit pusing,
dia mencoba untuk bangkit dari sofa. Tapi ia masih belum
bisa
mengumpulkan tenaganya secara utuh, sehingga memilih untuk
duduk
sejenak. Ia heran melihat tubuhnya ditutupi selimut dan juga
tidak
mendapati pak Supri yang tidur bersamanya semalam. Terfikir
olehnya,
apakah sang supir yang bangun terlebih dahulu yang
menyelimuti tubuhnya.
Saat merasa tubuhnya sudah cukup kuat untuk bergerak, ia
beranjak
bangun untuk mencari pak Supri. Tiba-tiba dia teringat pada
Asmirandah
yang masih tertidur di kamarnya. Segera dia membatalkan niat
untuk
mencari si supir dan bergegas menuju kamar tidurnya. Saat
membuka pintu,
gadis itu melihat ternyata sahabatnya sudah tidak ada lagi
di dalam
kamar, berikut barang-barang bawaan berupa tas jinjing hitam
dan sebuah
hp black berry yang ia letakkan diatas meja kamarnya ketika
ia
membaringkan Asmirandah semalam. Donita menduga-duga, apakah
sahabatnya
pulang dengan melihat dirinya bersama pak Supri tidur
berbugil ria
diruang depan atau justru sahabatnya itulah yang menyelimuti
dirinya
ketika sedang terlelap. Tak mau ambil pusing dengan semua
itu, Donita
masuk ke kamar mandi untuk bersiap-siap, karena dirinya
memiliki jadwal
syuting sinetron hari ini. Setelah mandi dan mengenakan
pakaian yang
menurutnya menambah daya tarik dirinya, ia tidak lupa
menyapukan sedikit
make-up tipis ke wajah cantiknya dan bergegas turun ke
bawah.
“Paaaak! paaaak Supriii! paaaakkkk! dimana sey?”
Sungguh terlalu! hari masih pagi, tapi dara cantik ini sudah
berteriak-teriak layaknya pedagang saat menjajakan barang
dagangannya
saja. Pak Supri yang sudah dipanggil-panggil dengan keras
itupun, tidak
juga menjawab maupun menampakkan batang hidungnya. Kesal
karena tidak
ada jawaban dari supirnya, ia pun memilih pergi ke kamar
supirnya yang
terletak di bagian belakang rumah. Sesampainya di depan
pintu, Donita
sedikit ragu. Apakah tidak akan terjadi sesuatu yang buruk
dengan pergi
kekamar supirnya ini. Bisa-bisa pak Supri yang mesum itu
kalap dan
bangkit nafsunya saat melihat dirinya, dan berusaha
menyeretnya ke dalam
kamar lalu diperkosa habis-habisan. Tapi waktu tidak lagi
memberinya
kesempatan untuk memikirkan hal-hal seperti itu. Akhirnya
dia
memberanikan dirinya untuk mengetuk pintu kamar sang supir
meski
diliputi perasaan was-was dan takut. tok! tok! tok!
“Pak Supri! pak! anterin aku dong!” perlahan dia mengetuk
pintu dan memanggil orang tua itu.
“Iya….iya! sebentar non! lagi mandi nih!” terdengar suara
orang tua itu dari dalam.
Setelah menunggu sekitar 10 menit, akhirnya pintu dibuka dan
mucullah wajah supir memuakkan itu.
“Ade ape non? mau dientot lagi? hak hak hak!”
Benar-benar kurang ajar pak tua ini. Sebegitu mudahnya dia
mengeluarkan
kata-kata cabul seperti itu di hadapan seorang wanita,
apalagi yang ada
di hadapannya ini adalah majikannya sendiri. Tapi supir itu
bicara
layaknya kepada seorang pelacur saja. Kontan telinga Donita
panas
mendengar perkataan sang supir yang jelas-jelas sangat
merendahkan
dirinya.
“Heh pak! kalo ngomong yang sopan dikit ya! pernah makan
bangku
sekolahan ga? aku ni majikan bapak! Jadi tolong dijaga
mulutnya! Bapak
mau saya pecat hah?” bentaknya, kesal juga diperlakukan
seperti itu.
“ya, ya non! maap! kan cuman canda doang! galak amat sih?
jangan suka
marah-marah non, nanti cepet tua loh! oke manis? hak hak
hak” ujarnya
meminta maaf sambil tangannya menowel dagu gadis cantik itu.
“Udah tunggu apa lagi? cepetan ganti baju! gara-gara bapak
aku jadi telat tau!”Dengan terburu-buru Donita beranjak pergi menjauh dari
sarang sang iblis
tua, takut jika dia gelap mata dan menyeret dirinya ke dalam
kamarnya
untuk disetubuhi lagi. Setelah majikannya pergi, sang supir
membuka baju
yang ia kenakan. Sambil bersiul, pak tua itu mengambil
“seragam dinas
kesupiran-nya” dan memakainya secepat kilat. Setelah
selesai,
sempat-sempatnya dia menarik resleting celana dan
mengeluarkan “batang”
kebanggaannya. Dikocok dan dielus-elusnya secara perlahan
‘ular besar’
itu hingga berdiri tegak.
“ He he he…., sabar ya jon, sabar! nanti ente ane kasih lagi
deh memek
tuh cewek, oce? sabar ya! sekarang ente istirahat dulu,
tunggu tanggal
mainnya…. hak hak hak!” ujarnya sinting kepada penisnya,
seakan-akan
benda itu hidup dan mengerti perkataannya saja. Sesudah
mengunci pintu
kamar dan tentu saja mengamankan ‘senjata’ yang bisa membuat
para wanita
takluk pada dirinya, ia membuka pintu bagasi lalu mengeluarkan
mobil
mewah milik sang artis. Saat mencari-cari gadis itu,
ternyata Donita
sedang duduk menunggu di kursi teras rumah dan langsung naik
kedalam
mobil begitu mobil dikeluarkan. Donita duduk dikursi
belakang, tapi dia
merasa tidak nyaman dengan keberadaan sang supir yang acap
kali ketahuan
sedang melirik-lirik tubuhnya melalui kaca spion mobil
sepanjang
perjalanan. Tentu saja dia gelisah. Bagaimana mungkin gadis
itu bisa
tenang, jika mengingat peristiwa yang tadi malam dilakukan
oleh mereka
berdua. Terbayang dalam pikiran gadis itu, bisa saja pak
Supri ini
menculiknya atau membawanya ke tempat yang sepi, dan memaksa
dirinya
untuk kembali memuaskan nafsu birahi sang supir yang terus
membara
layaknya api yang tidak mau padam. Apalagi jika dirinya menolak,
yah
sudah pasti si supir akan kembali membuka jurus ampuhnya,
yang tak lain
dan tak bukan adalah ancaman akan menyebarkan video mesum
yang
dibintangi oleh sang artis. Membuat dirinya terangsang juga
memikirkan
hal yang demikian.
Pak Supri yang melihat sang nona majikan melalui kaca mobil,
bisa
melihat raut kegelisahan yang terpancar dari wajah cantik
sang artis.
Dia hanya bisa tertawa geli dalam hatinya, dan berusaha
mencari-cari
cara apa lagi yang seru dan asik untuk mengerjai dan
menikmati berjuta
kenikmatan yang ditawarkan oleh tubuh molek gadis itu.
Karena sedang
ayik-asyiknya terlarut dalam khayalan masing-masing, tidak
terasa mobil
telah sampai di lokasi dan langsung dibawa masuk ke dalam
pelataran
parkir tertutup sebuah gedung, yang merupakan tempat akan
dilakukannya
beberapa pengambilan scene sinetron yang dibintangi oleh
Donita. Setelah
mobil diparkir, gadis itu turun dan menghampiri pak Supri
yang masih
duduk dalam mobil.
“Pak, nanti jemput aku jangan kelamaan ya! nih uang untuk
rokok!”
pesannya pada supir itu seraya memberinya tiga lembar uang
lima puluh
ribu.
Dengan cepat pak Supri mengambil uang itu dan dengan cepat
pula, supir
itu menarik kerah kaus yang dikenakan Donita. Dibukanya
kancing-kancing
kaus itu dengan cekatan, dan disingkapnya bra coklat milik
gadis itu
keatas. Otomatis, kedua buah dada Donita yang montok dan
ranum terbuka
dan menggantung dengan bebasnya dihadapan wajah si tua
bangka itu.
Donita yang terkejut dengan perbuatan supirnya, berusaha
untuk
memberontak. Tapi dengan kuat, tangannya meremas pergelangan
tangan sang
artis, sehingga membuat gadis itu kesakitan dan berbisik
pelan.
“Non diem aja! saya mau nyusu bentar! kalo non ngelawan
gitu, nanti ada
orang yang bakalan datang dan ngeliat kita, non mau? jadi
tenang aja ya
manis!” bisiknya di dekat telinga gadis itu dengan raut
wajah jeleknya
yang sangat serius dan agak sedikit menyeramkan.
Kali ini perbuatan si supir benar-benar sudah melewati
batas, melakukan
hal cabul seperti itu ditempat terbuka begini. Donita
sebenarnya masih
ingin melawan, tetapi dia takut apabila ada orang yang
kebetulan lewat
lalu mendekat karena ada sedikit kegaduhan di tempat itu dan
memergoki
dirinya dalam kondisi sekarang, bisa celaka!. Dan juga
ancaman serta
kata-kata supirnya barusan, menandakan pria tua ini tidak
main-main.
Bisa saja dia ‘mendiamkan’ dirinya dengan caranya sendiri
yang mungkin
lebih berbahaya, sehingga membuatnya pasrah saja dengan
perlakuan
supirnya itu. Berdiri diluar mobil dengan kondisi tubuh
setengah terbuka
seperti sekarang, jelas membuat gadis cantik itu gemetar
ketakutan
setengah mati. Memang tempat parkiran itu tertutup dan
dipenuhi banyak
mobil, tapi bisa saja sewaktu-waktu ada orang yang kebetulan
lewat dan
melihat perbuatan yang sedang mereka lakukan. Selagi
berbagai macam hal
sedang berkecamuk dalam pikiran sang artis, dengan sangat
bernafsu supir
itu meremas-remas payudaranya. Donita bisa merasakan jari
jemari pak
Supri melingkari puting susunya dan menggoyang-goyang benda
bulat kenyal
itu, seperti mengocok obat sebelum diminum. Donita mulai
terengah-engah
akibat perbuatan si supir dan sedikit kesulitan mengatur
nafasnya.
Jantungnya berdetak dengan keras, rasa takut perbuatan mesum
sang supir
dilihat orang lain dibarengi dengan api nafsu yang berkobar.
Gadis itu
sudah tidak punya lagi keinginan untuk melawan, pasrah
menerima resiko
apaun yang akan terjadi.
Mulai merasa bosan hanya dengan meremas, bibir hitam tebal
milik sang
supir mendekat dan melumat tanpa ampun pentil susu yang
sudah sedari
tadi mengacung, menantangnya untuk dilahap. Tubuh gadis itu
sedikit
melonjak kaget ketika merasakan mulut serta lidah hangat
milik supirnya,
mengenyot dan menghisap puting payudaranya. Ditambah lagi
bibir pria
tua itu aktif mencium dan menjilat setiap jengkal wilayah
payudaranya.
Tanpa disadari Donita reflek memajukan tubuhnya, seolah-olah
memberikan
akses kepada supirnya agar lebih leluasa menikmati dan
melahap setiap
jengkal bagian tubuhnya yang indah itu. Merasa bahwa nona
majikannya
sudah takluk seutuhnya, pak Supri menambah hisapan dan
jilatannya dengan
menggigit-gigit pelan puting mungil kemerahan itu, membuat
sensasi
kenikmatan yang diterima Donita semakin menjadi-jadi,
menjalar dari dada
ke seluruh tubuhnya.
“oooooohhhhhhh!!! pakkkkkhhhh! jangan kenceng-kenceng
nyedotnyaaahh!!”
lenguhnya menahan nikmat, seraya mengingatkan supirnya agar
tidak
terlalu keras menghisap buah dadanya.
Sang supir tersenyum puas melihat reaksi dan ekspresi wajah
sang artis
yang merah padam menahan gelora birahi. Andai kata ada orang
yang
kebetulan melintasi tempat itu dan melihat mereka berdua,
dijamin dia
bakal langsung menubruk dan memerkosa sang artis saat itu
juga. Tapi
entah mengapa, sejak dari tadi tidak ada sedikit pun
tanda-tanda akan
adanya seseorang yang melintas ataupun menuju ke tempat
parkiran itu.
Entah karena semua orang sedang sibuk-sibuknya bekerja atau
memang
karena sang iblis, yang memberikan kesempatan emas kepada
pak Supri agar
bisa melakukan perbuatan mesumnya pada sang artis. Sedang
asyik-asyiknya mengunyah puting sang nona majikan, tiba-tiba
hand phone
milik pak tua itu berbunyi.
“Wong edaaan!!!! gak tau orang lagi enak apa! sontoloyo!!”
makinya kesal.
Bgaimana tidak kesal? sedang asyik menyusu,ada saja orang yang
mengganggu. Tapi setelah melihat layar hpnya, raut wajah
supir itu
berubah.
“Oalah cup! koe rupanya toh! ho’h, ho’h! gue langsung kesana
ya! iya
rebes, santai aja!” (hmmm.. patut dicurigai nih nada bicara
si supir)
Setelah memutus sambungan telepon, dimasukkannya hp itu ke
saku bajunya.
“Non, kita lanjutin dirumah lagi ya nanti, acara nyusunya!
bapak ada
kerjaan dulu nih! jemputnya jam berapa ntar?” tanyanya
enteng, tanpa
merasa bersalah sedikitpun.
“hhh… jam dua! jangan telat, ya pak!” jawab gadis itu dengan
nafas yang tersengal-sengal.
Tampaknya Donita sudah bisa menerima status tidak resminya
sebagai alat
pemuas syahwat pak Supri. Hal ini bisa dilihat dari sikapnya
yang tidak
memarahi sang supir, yang sudah melakukan perbuatan cabul
seperti itu di
tempat umum. Setelah bisa mengontrol dirinya, Donita
membetulkan
kembali pakaiannya yang sudah acak-acakan dan agak sedikit
kusut.
“ Ya udah non, bapak pergi dulu! dadah!” pamitnya seraya
mengemudikan mobil meninggalkan tempat itu.
Donita cuma bisa memendam kekesalan dalam hati, walau agak
kecewa dengan
pekerjaan ‘tanggung’ supirnya. Sadar bahwa sudah ditunggu
sedari tadi,
dia pun meninggalkan lapangan parkir itu dengan
terburu-buru.
“Yaahhh…. dimarahin lagi deh sama si bos!” batinnya dalam hati
sambil melangkah cepat.
******************************
Tidak terasa waktu berjalan dengan cepat, membuat sang
mentari kini
berada tepat ditengah-tengah langit sembari memancarkan
sinarnya yang
terik dan menyengat. Jarum jam menunjukkan angka dua kurang
sepuluh
menit. Tampak Donita sedang duduk kelelahan di atas sebuah
kursi plastik
sambil mengipas-ngipas tubuhnya. Pengambilan adegan sinetron
kejar
tayang yang dilakoninya kini sudah selesai. Saat sedang
istirahat dengan
santainya, tiba-tiba lawan mainnya yang seorang artis cowok
ganteng
sekaligus penyanyi dan saat ini sering diburu oleh
nyamuk-nyamuk
infotaintment karena baru saja memutuskan kekasihnya yang
sudah sangat
lama dipacari (bagi yang sering nonton sinetron sc**, pasti
tau deh
siapa tuh cowok), muncul dengan membawa sepiring nasi
goreng.
“Hay cantik! sendirian aja ni! o ya neh tadi pak sutradara
nitipin nasi goreng buat elo. Dimakan ya.” ujarnya dengan senyuman.
“Ow, thanks! maaf kalo ngerepotin. Pas banget, gue lagi
laper berat ne!”
jawabnya disertai senyuman yang tak kalah manis, membuat
pemuda itu
agak salah tingkah.
“Ok, sama-sama. Kalo gitu gue pulang dulu ya, dah!”
“Daahhh!”
Sepeninggal pemuda itu, Donita langsung melahap nasi goreng
itu. Memang
sedari tadi dia sudah kelaparan, rencananya ia ingin maklan
di rumah
saja. Yah tapi sayangkan kalau makanan itu ditolak?. Setelah
menghabiskan makanannya, gadis itu menelepon pak Supri untuk
menjemputnya. Sebelum sempat memencet nomor sang supir,
rupanya pak tua
itu sudah lebih dulu meneleponnya.
“Halo pak! lagi dimana? aku dah selesai neh!”
“Saya dah di depan non!” jawabnya di seberang telepon.
“Oh ya udah! aku kesana ya!”
Setelah membereskan barang-barang bawaannya dan berpamitan
kepada semua
kru, ia berjalan keluar dari gedung menuju tempat si supir
menunggu.
Terlintas dalam benaknya bila sudah sampai dirumah nanti
apakah pak
Supri akan ‘menggarapnya’ lagi?, jawabannya sudah tentu
pasti. Tidak
mungkin pak tua itu akan melepaskan kesempatan emas begitu
saja, apalagi
dirumah sedang tidak ada orang. Pak Supri dapat dengan
leluasa
menyetubuhinya dimana pun dan kapan pun dia mau. Lelah
membayangkan
semua itu, ia memilih pasrah saja. Membiarkan semuanya
terjadi layaknya
air yang mengalir. Cuma satu hal saat ini yang ingin ia
lakukan,
memanfaatkan waktu senggang yang dimiliki untuk istirahat
sepuasnya.
Begitu sampai di tempat supirnya menunggu, dia langsung
masuk ke dalam
mobil. Namun, saat baru akan membuka pintu belakang
mobilnya, terdengar
suara sang supir yang berkata,
“Non, jangan duduk dibelakang dong! didepan atuh, temanin
bapak nyetir!”
“Males ah! aku mau nyantai dibelakang. Lagian untuk apa
seh?”
“Hmmm? jadi nolak neh ceritanya? non mau jadi bintang porno
lokal? okeh,
tinggal bapak upload nih videonya ke internet” (waow,
benar-benar pakar
iptek ne tua bangke, pake kata-kata upload segala cin!)“Eh..eh
jangan pak, jangan! masa gara-gara itu aja bapak marah? aku
capek pak, pengen istirahat di belakang bentar. Boleh ya?
pleaseeee!”
pintanya dengan wajah memelas.
“Nggak! sekali di depan tetep didepan! cepetan naek!”
perintah si supir galak.
Tidak ingin memperpanjang urusan dan juga khawatir mendengar
ancaman
supirnya, Donita pun mengalah untuk duduk di kursi depan
bersama
supirnya. Memang itulah yang ingin sekali dihindari gadis
itu. Alasan
‘capek’ dan ‘pengen istirahat’ itu hanyalah trik untuk
mengelabui
supirnya. Sejak awal dia memang ingin menghindari semua
kemungkinan yang
bisa berujung persetubuhan dengan tua bangka itu. Akhirnya
dengan
perasaan sangat terpaksa, gadis manis itu akhirnya membuka
pintu depan,
lalu duduk bersebelahan dengan supirnya yang menyeringai dan
menatap
dirinya dengan pandangan aneh. Donita menebak-nebak apa
maksud dari
ekspresi wajah pak Supri. Apakah itu pertanda senang bagi sang
supir
karena telah berhasil menaklukkan dan menguasai dirinya atau
ada hal
lain yang disembunyikan. Entahlah, yang jelas dia sudah
sangat lelah.
Lelah karena dihujani aktivitas syuting yang menguras
tenaganya dan juga
lelah karena mendapat persoalan baru dengan supirnya ini.
Ditengah
berbagai macam hal yang berputar-putar dalam pikirannya,
gadis itu
merasakan belaian halus di kepalanya.
“Non capek ya? kasian! emang ngapain aja seh seharian?”
tanyanya sok perhatian dan pura-pura tak tahu kegiatan majikannya.
“Ya iyalah pak! kan abis kerja seharian! emang ada apa seh
nanya-nanya?
tumben bapak perhatian!” jawabnya yang curiga dengan sikap
baik orang
tua itu.
“Enggak juga kok. Kan udah kewajiban saya untuk nyenengin
dan melayani
majikan. Apalagi untuk urusan ngentot! betul gak non? hua ha
ha ha!”
Ingin rasanya dia menonjok wajah jelek pria buruk rupa itu,
tapi dia
masih bisa menahan diri dan memilih diam saja. Merasa
kata-katanya tidak
direspon, sang supir tidak menunda-nunda lagi aksinya.
Tangan kiri yang
digunakan untuk menggerakkan persneling gigi mobil, meluncur
cepat
menuju ke depan kancing celana jeans yang dipakai Donita dan
membukanya.
Donita yang tidak siap dengan serangan itu, tidak sempat
bereaksi
sehingga sang supir berhasil membuka kancing celananya.
“Pak, stop! apa-apaan ih? udah gila ya!” Donita membentak
sang supir dan
berusaha menahan tangan yang ingin menyentuh alat vitalnya.
Melihat pelawanan majikannya, supir itu menjambak rambut
panjang gadis
itu dan menarik kepalanya ke arah wajahnya sendiri. Tak lupa
laju mobil
diperlambat dan dibawa agak ke tepi jalan.
“ Heh non, bapak bilang sama non ya! bapak udah capek kalo
tiap kali mau
entotin non harus ngancem non berkali-kali. Jadi gini aja,
kalo non
sekali lagi melawan, bapak gak bakalan ngancem lagi. Bakal
langsung tak
sebarin tu video. mau hah? kita liyat aja pa kata
orang-orang kalo video
non beredar! biar non sekeluarga malu seumur hidup!!
gimana?” ucapnya
dengan suara bergetar yang penuh kemarahan tepat di hadapan
wajah gadis
itu.
Donita cuma bisa mengangguk. Mata indahnya mulai
berkaca-kaca,
perlahan-lahan air mata tumpah mengalir membasahi pipinya.
Dengan kasar
supir itu melempar kembali tubuh majikannya ke kursi
sampingnya. Donita
sudah tidak bisa menahan lagi isak tangisnya, ia menumpahkan
segala
kekesalan dan rasa tidak berdayanya melalui tangisannya.
(wah, nangisnya
acting ato beneran nih? secara artis gitu loh!)
“Oalah! kok pake acara nangis segala sih? kan nanti mau
dikasih kontol!
jangan nangis lagi ya manis! cup cup cup, diem anak cantik!”Entah
setan macam apa yang ada di dalam diri pria tua ini, sehingga bisa
membuatnya bertingkah seperti itu. Tangannya kini mencoba
lagi
beroperasi di sekitaran daerah vagina Donita yang masih
tertutup celana.
Gadis itu kini hanya diam saja, membiarkan tangan supirnya
menyusup
masuk kedalam celananya. Begitu masuk, tangan itu merayap
seperti ular,
melewati pinggiran celana dalam dan akhirnya menemukan apa
yang
dicarinya. Digosoknya naik turun kedua pasang bibir memek
Donita,
membuat tubuh gadis itu menggeliat keenakan. Elusan halus
nan pelan pada
bibir memeknya, jelas membuat nafsunya merambat naik.
Dirinya yang tadi
terisak-isak, kini mulai sedikit melenguh dan mendesah
pelan. Pak Supri
melihat perubahan pada majikannya, lalu semakin menambah
gencar
serangannya. Dua jari yang digunakan untuk mengelus,
dimasukkannya ke
dalam lubang vagina itu perlahan dan didiamkan sejenak.
Donita
mengekspresikan rasa nikmat yang diberikan jari supirnya,
dengan cara
meremas keras pegangan tangan dipintu mobil seraya menggigit
bibirnya.
Sayang, kaca mobil itu terlalu gelap jika dilihat dari luar,
kalau tidak
sudah pasti pengemudi yang datang dari arah berlawanan dapat
melihat
aktivitas kedua insan yang kepalanya sudah penuh diisi dengan
nafsu
birahi. Pak Supri bisa merasakan jarinya kini sudah sangat
basah oleh
lendir yang keluar dari memek nona majikannya, menandakan
gadis itu
sudah sangat siap untuk disetubuhi. Mula-mula dikeluar
masukkan jarinya
secara perlahan. Seiring dengan makin banyaknya lendir
vagina yang
keluar, sang supir semakin meningkatkan kecepatan kocokan
jarinya.
“nnnnggghhh……!!! nnnggghh…ouuuuhhh….!!!!” tak tahan juga dia
untuk tidak melenguh.
Pak supir itu juga tak mampu lagi menahan nafsunya lebih
lama. Tapi
karena sedang mengemudi, terpaksa dia membagi konsentrasinya
antara
menyetir dengan aktivitas mengubel-ubel vagina majikannya.
Bahkan
jarinya harus sering keluar dari vagina, untuk menggerak dan
mengganti
persneling gigi. Akhirnya Donita memasukkan sendiri jari
tangannya ke
dalam vaginanya. Dikorek-korek vaginanya sendiri seakan-akan
ada barang
yang tertinggal di dalamnya. Pak Supri menambah kecepatan,
tak sanggup
melihat adegan masturbasi itu lebih lama. Begitu mobil
memasuki pintu
gerbang, langsung diparkirkan di halaman depan. Pak Supri
buru-buru
turun menutup pintu gerbang dan membuka pintu depan mobil.
Digendongnya
yang terduduk lemas, sepetonya gadis itu sudah mencapai
orgasmenya
dengan bermasturbasi tadi. Dibawanya tubuh lunglai Donita
kekolam renang
di samping rumah. Begitu sampai pinggiran, ia membuka
seluruh pakaian
gadis dan mencampakkannya kesembarang tempat. Setelah sang
nona majikan
telanjang bulat, buru-buru ia juga menelanjangi diri sendiri
dan
menceburkan tubuh mereka ke kolam. Kedua tangannya yang
sudah keriput
termakan usia tapi masih bertenaga mendekap erat tubuh sang
artis.
“Ooouuufffpppph, pak! pelan-pelan dong!” protes Donita,
karena tiba-tiba ceburkan paksa.
“Ehehehe…! maap non. Soalnya baru kali ni bapak berenang
sambil bugil,
dengan cewek cakep lagi. Gimana? asikkan? hua hak hak!”
ujarnya sambil
memeluk erat Donita.
Tak ayal lagi, payudara montok dan kenyal milik sang artis
berdesakan
kuat dengan dada kerempeng miliknya. Sehingga kedua insan
berbeda jenis
kelamin itu dapat mendengar detak jantung pasangannya
masing-masing.
Akhirnya mimpi lama sang supir hampir terwujud. Dulu sewaktu
masih muda,
pak Supri punya sebuah impian. Jika sudah menjadi orang kaya
dan
menikah dengan seorang wanita cantik nanti, ia akan membuat
sebuah rumah
mewah dilengkapi sebuah kolam renang yang besar, sehingga
setiap hari
ia dan istrinya bisa bercinta sepuasnya di kolam itu
seharian. Walaupun
impian menjadi kaya dan menikah itu sampai sekarang tidah
pernah
terkabulkan, tapi impian bercinta dengan seorang gadis
cantik jelas
sudah hampir terealisasi sekarang. Tinggal memasukkan
penisnya ke dalam
liang vagina si cantik Donita, maka impian itu benar-benar
akan resmi
menjadi kenyataaan. Bercinta di dalam kolam renang pun
menjadi sensasi
baru bagi Donita. Selama menjalani kehidupan seksnya, ia tak
pernah
membayangkan sedikit pun untuk melakukan aktivitas sex di
dalam air. Hal
ini benar-benar menjadi pengalaman baru bagi mereka
berdua.Tangan kasar
pak Supri mulai menggerayangi tubuh gadis itu. Sang supir
meremas
payudara Donita dan memainkan putingnya. Suara desahan pelan
keluar dari
bibir seksinya.
Gadis itu melingkarkan tangannya ke leher supirnya dan
mencium bibir
hitam nan tebal milik sang supir dengan agresif. Tanpa ragu
dan jijik ia
bermain lidah dengan pria yang mungkin seusia dengan
kakeknya. Keduanya
terlibat percumbuan liar di tepian air kolam yang merendam
mereka
sebatas dada. Pak Supri meremas pantat berisi Donita dengan
gerakan
sedikit mengangkat, lalu menyenderkan punggung gadis itu ke
bibir kolam
sehingga tubuh Donita sedikit terangkat, memudahkannya untuk
melumat
dengan ganas payudara basah sang artis. Bibir tebal supir
itu mencium
dan menyedot kulit payudara serta putingnya sehingga
menimbulkan rasa
geli dan nikmat. Tak bosan-bosannya ia menikmati benda yang
satu itu,
dijilat, dihisap, digigit, dan ditariknya dengan gemas
puting mungil
Donita, membuat tubuh gadis itu bergelinjangan menahan rasa
nikmat,
otomatis air kolam pun turut bergoyang-goyang karena
aktivitas mereka.
Puas mengerjai buah dada majikannya, pak Supri mengangkat
tubuh Donita
dan mendudukkannya di tepi kolam. Tubuh pak tua itu sediri
masih berada
dalam air. Sekarang, vagina Donita tepat berhadapan dengan
wajah sang
supir. Mulut pak Supri perlahan maju menuju vagina Donita
dan
dimainkannya ‘daging’ lezat milik nona majikannya.
“Mmmhh…. paakkkhhhhh!!! gelihh…. auukkhhh!” erangnya saat
lidah hangat
pak Supri menjilati belahan vaginanya dan menyeruak masuk ke
dalam liang
sempit milknya.
Permainan lidah sang supir mengakibatkan nafu birahi sang
artis kini
sudah sangat memuncak. Ingin dia meminta pada pak Supri agar
jangan
mempermainkannya lagi dan memohon agar pak tua itu segera
menjebloskan
kontol besar memeknya. Tapi, ia sudah tidak mau merendahkan
dirinya
lebih jauh lagi di hadapan sang supir. Seluruh kenikmatan
yang diterima,
ditumpahkan dengan desahan dan jambakan dalam desahan dan
jambakan pada
rambut putih beruban pak Supri.
“Iiiiyyyyaaaaahhhh! paakkkkhhh!!! jilaaattthh, akhhh!!!!
terussshhh!!!”
Lidah pak Supri bergerak-gerak liar menjilati bagian dalam
liang rahim
nona majikannya, tak lupa juga dia menjilat klitoris sang
artis yang
sangat sensitif. Ditambah dengan remasan yang dilakukan
kedua tangan pak
Supri, satu di pantat dan satu lagi di sebelah payudaranya
membuat
Donita merasakan semua aliran rangsangan kenikmatan itu
mengalir ke
seluruh urat syarafnya. Setelah merasa cukup untuk sesi
pemanasan, ia
menarik kembali tubuh Donita ke dalam air. Pak Supri menatap
lembut
wajah nona majikannya yang cantik jelita. Rambut hitam
panjangnya basah
terurai, belum lagi bibir merah dan indah Donita yang
sedikit merekah,
membuat sang supir tidah tahan untuk tidak melumatnya
kembali. Mereka
pun berciuman sambil berpelukan erat. Penis pak Supri
diremas dengan
kuat oleh tangan halus Donita.
“Masukin pak! please masukin kontol bapak ke memek aku!
ayoooohh!!”
mohonnya pada sang supir sambil tangannya mengocok pelan
penisnya.
Mendengar permintaan gadis itu, si supir segera mengambil
alih aroma
besarnya dari tangan Donita dan menekannya ke bibir vagina
nona
majikannya.
“oookkkkhhh…. besarkkhh!! pelaaan pakkhhh! kontol lu besar
tauuukkhh!
jangan dipaksaain, bisa robek memek gueh!” mulai lagi keluar
kebiasaan
buruk sang artis saat bersetubuh.Tubuh Donita mengejang
seperti orang yang menahan sakit, ketika pak
Supri melesakkan si penis dengan kuat kedalam liang memeknya
yang kecil.
Begitu sudah masuk semuanya, ia langsung menyodok kencang.
Supir tua
itu menggenjot sambil tangannya memegang paha Donita dan
meletakkan kaki
jenjang sang artis di kedua tangannya, jadilah gadis itu
melayang dalam
air dengan kedua kaki yang ditopang oleh lengan supirnya.
Punggungnya
disandarkan di dinding kolam, serta kedua tangan memeluk
erat leher si
supir. Erangan nikmatnya sesekali terhambat ketika mulut
mereka saling
berpagutan. Pak Supri melepaskan pegangannya pada kaki kiri
Donita,
tangannya yang kasar merayap membelai pipi mulus si artis.
Membelai
lembut bibir ranumnya, dan semakin turun untuk meremas payudaranya.
Diremasnya payudara gadis itu dengan gemas dan kuat,
jari-jarinya dengan
nakal mecubit-cubit daerah aorela dan memainkan puting yang
sudah keras
sehingga makin mengeras. Sementara bibir tebal si tua bangka
menyusur
bergerak menjelajah bagian telinga. Dijilatnya cuping
telinga sang
artis, membuat gadis itu semakin terengah-engah dan
menggelinjang tak
karuan. Jilatan didaerah telinga terus berlanjut turun
menuju buah dada
yang masih menganggur. Dihisap dan dikenyot kuat buah melon
itu, membuat
bekas cupangan kemerahan diseluruh permukaan kulit lembut
payudara
gadis itu. Merasa kurang leluasa dengan posisi itu,
dibaliknya tubuh
majikannya sehingga kini tubuh sang artis menghadap ke
tepian kolam dan
membelakangi supirnya. Kaki kiri Donita diangkat dan kembali
ia
melesakkan kontol memasuki liang nikmat sang artis. Tak lupa
tangannya
yang sebelah lagi mencengkram buntalan susu gadis itu. Pak
Supri menarik
keluar kontolnya sebagian, lalu kembali menghujamkan benda
itu kedalam
liang memek Donita sedalam mungkin, begitu dilakukan
berulang kali. Air
kolam beriak dengan keras akibat sodokan-sodokan brutal pak
Supri. Tubuh
Donita terlonjak-lonjak, pantatnya bertumbukan keras dengan
tulang
kelamin supirnya, walaupun tenaga sodokan sang supir sedikit
diredam
oleh air. Gadis itu merasakan sedikit rasa perih disekitar
dinding
memek, karena bergesekan kuat dengan batang besar berurat
supirnya. Tapi
segera rasa sakit itu itu sirna digantikan rasa nikmat tiada
tara.
Seluruh syaraf disekitar kelaminnya mengirim semua
kenikmatan yang
diterima ke seluruh penjuru tubuh membuat gadis itu
kehilangan kontrol
atas tubuhnya sendiri. Pinggulnya secara reflek menjemput
tumbukan sang
supir, berusaha menggali semua kenikmatan yang ada. Dinding
vagina
Donita terus meremas dan mencengkram penis pak Supri,
membuat dia
semakin menggasak vagina itu dengan seluruh tenaganya.
“Emmmffffhhhh!!!! nnnggghhh….!! aaaakkkhhh!!!” sebuah
ekspresi kenikmatan yang hebat keluar dari mulut sang artis.
Benar-benar edan pak supir ini. Walaupun kondisi fisiknya
sudah tua
renta, tetapi masih memiliki stamina layaknya anak muda.
Mungkin benar
kata orang, usia boleh tua, tapi semangat harus tetap muda.
Kembali ke
kolam, Donita kini sudah hamper berada diambang batas
kekuatannya. Ia
sudah tidak bisa menahan kenikmatan ini lebih lama lagi.
Kontol sang
supir yng mengaduk-aduk liang rahimnya sungguh membuatnya
gila.
Tangannya mencengkram kuat ubin pinggiran kolam, tubuhnya
meronta-ronta
sangking nikmatnya. Payudara yang menggantung bebas,
terpental kesana
kemari akibat tumbukan brutal pinggul sang supir.
Benar-benar suatu
kenikmatan dahsyat yang diberikan oleh pak Supri. Sang supir
yang sudah
diambang batas itu pun benar-benar merasakan nikmatnya hidup
saat liang
vagina legit majikannya, meremas dan berusaha meremukkan
batangan
kontolnya didalam sana. Nafasnya terasa sesak, seiring
semakin kencang
penisnya diremas. Pak tua itu tahu bahwa majikannysa akan
sampai
dipuncak kenikmatannya sebentar lagi. Tak ingin kalah, pak
Supri meremas
kuat pantat Donita dan menggoyang serta menyodok secepat
yang ia bisa.
“ooouuugggghhhh…. iyyyahhh!!! enaaaakkk…. lebbbih keraaasss…
paakkhhh!!
yanggghh… eeghhfff…. kenceennggg!! AAAhhhgggHHH!!” Donita
mengerang kuat
dengan badan melengkung ke belakang, meresapi kenikmatan
orgasme yang
dirasakannya.
Melihat nona majikannya sudah keluar duluan, Sang supir pun
semakin
menambah kecepatannya. Sambil menggenjot, pak Supri bisa
merasakan
otot-otot memek Donita masih berkontraksi selepas orgasme,
berusaha
meremas penisnya agar menumpahkan muatannya secepat mungkin.
Ia pun
semakin brutal menyentakkan penisnya. Setelah beberapa
sodokan kuat, ia
tidak tahan lagi. Dengan tubuh bergetar ia memeluk Donita
dan memompakan
semua benihnya dalam tubuh gadis itu.
“Nnnnnhgggggghhhh!!! Makanhh…. niiiikhhh peejjuuukkhhh
guueeekkkhhhh…!! Huuurrrgghh!!!”
Lenguhan panjang keluar dari mulut sang supir. Ditekannya
sedalam
mungkin penisnya sampai mentok, batangan super itu pun
menyemburkan
semua isinya, memenuhi rongga kewanitaan sang artis. Bahkan
ada sebagian
yang keluar dari vagina, karena sangking banyaknya sperma
yang
dikeluarkan sehingga nampak sedikit gumpalan air mani kental
pak Supri
dipermukaan air kolam. Nafas keduanya memburu tidak
beraturan. Tubuh
Donita yang sedari tadi siang kelelahan karena aktivitas di
lokasi
syuting kini bertambah lunglai akibat persetubuhan dengan
supirnya.
Sadar akan kondisi nona majikannya yang sudah sangat
kecapaian, pak tua
itu segera menarik keluar kontolnya dari vagina Donita. Begitu
terlepas,
pak Supri bergegas mengangkat Donita keluar dari kolam.
Dengan tetap
bertelanjang ria, sang supir menggendong tubuh majikannya
yang
sepertinya sudah agak kehilangan kesadaran untuk dibawa
masuk ke kamar
melalui pintu samping. Tanpa disadari oleh keduanya, ada
sesosok
bayangan orang yang berdiri di samping tembok depan rumah
mengintip
mereka. Sepetinya orang itu sudah sedari tadi berada disana.
Sosok
misterius itu menyeringai sambil melihat hasil rekaman
adegan
persetubuhan Donita dan sang supir, yang direkam melalui
handycam
miliknya. Siapakah sebenarnya orang itu dan apa sebenarnya
tujuannya
merekam adegan panas Donita?? Semuanya masih menjadi
teka-teki yang
belum dapat terjawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar